BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Thursday, March 11, 2010

Tak Ada Yang Abadi

[ nih cerpen pertama yang gu buat waktu SMA,,, nih terpaksa gu buat cz tugas b.Indonesia.... hhahahaha]


Dreet…Dreet…Dreet, aku terkejut, mataku yang sudah tak sanggup terbuka kupaksa untuk menyerap cahaya lampu lima watt kamarku. Tanganku menelusuri seluruh bagian tempat tidur untuk menenangkan benda kecil yang terus bergetar itu. Dengan setengah sadar aku memencet tombol HaPe yang begitu rewel tadi, kode 12345 kumasukkan sebelum aku mulai mengoperasikan benda kesayanganku itu. Perlahan tapi pasti aku membaca tulisan di layar, tiga pesan baru…Segera kubuka pesan-pesan yang sudah terlanjur nyangkut itu. Pesan pertama dan kedua agaknya tidak penting, tapi mataku terbelalak ketika membaca pesan selanjutnya…”Innalilahi,tman qt Dinda br sj mglami kcelakaan di dpn SMASA,keadaan:kritis!!! skarg sdg drwat di UGD RSU. Mri qt b’doa 2k ksmbhan’a!?(sbrkan k tmn2 lain’a)”. Deg…Jantungku berdegup kencang, tubuhku lemas seketika, aku bingung dengan apa yang kurasakan. antara khawatir, ketakutan dan rasa bersalah, aku tahu, akhir-akhir ini aku agak jahat pada Dinda, aku bahkan memprovokasi teman-teman agar menjauhi Dinda karena kami berencana memberi kejutan di hari ulang tahun Dinda yang hampir tiba. Huh…Aku semakin larut dalam lamunanku sendiri sampai akhirnya aku lelah dan terlelap.
***
Teet…Teet…Teeet. Bel masuk berbunyi, keadaan di kelas tak jauh berbeda dari biasanya, yang tidak sama hanyalah bangku di sampingku yang kosong. Biasanya ada senyuman kecil setiap aku menoleh kesana, tapi kini semua terasa berbeda. Banyak teman yang menanyakan tentang keadaan Dinda padaku, padahal aku sendiri tak tahu apa-apa karena akhir-akhir ini aku memang agak jauh dengan Dinda. Aku jadi bingung, haruskah aku menjenguk Dinda dan meninggalkan rencana memberi kajutan ulang tahun itu? Aku rasa aku sudah memutuskannya, aku tak mungkin menjauhi Dinda pada saat-saat seperti ini, mungkin aku harus mencari rencana kejutan yang lain. Sore ini aku berencana akan menjenguk Dinda, aku harus segera minta maaf padanya, aku ingin segera bertemu dengannya, melihat senyumnya, memeluknya dan bercanda dengannya sebelum semuanya menjadi tak mungkin.
***
Sore itu langit agak gelap, tapi tak bisa mengurangi semangatku untuk pergi ke Rumah Sakit menjenguk Dinda. Kabarnya Dinda sudah selesai operasi dan keadaannya mulai membaik. Aku merasa lega, tak sabar aku ingin menyapanya,dan mengobrol dengannya seperti biasa. Cepat-cepat aku mempersiapkan diri, mengambil jaket, memasukkan jas hujan,dan menyiapkan buah untuk oleh-oleh. Akhirnya semua siap, aku bergagas agar bisa tiba disana sebelum langit menangis.
aku mengeluarkan sepeda motor dari garasi rumahku, tiba-tiba PRANGG!!! vas bunga tua yang ada di atas meja jatuh dan tepat mengenai kepala Chubby kucing kesayanganku, aku sangat terkejut dan bergegas menghampiri Chubby yang terkapar tak berdaya. Kulihat darah mengucur dari kepala kucing malang itu, seketika perasaanku menjadi tak enak, ini seperti pertanda akan terjadi suatu hal yang tidak baik. Aku semakin berpikir yang aneh-aneh, aku takut akan ada yang menimpaku seperti yang terjadi pada Dinda dan Chubby. Pikiranku semakin kacau, tapi ya sudahlah, aku tak berani memikirkannya lagi. Setelah aku menyuruh kakak tuk merawat Chubby, aku langsung berangkat ke RSU seperti rencana awalku.
***
Tik…Tik…Jam dinding di ruangan sepi itu semakin membuatku sadar kalau waktu terus berjalan dan waktu yang terus pergi meninggalkanku itu sangatlah berharga, begitu juga waktu yang ku lalui bersama Dinda sore itu. Kami berbincang cukup lama. Walaupun masih agak lemas, Dinda berusaha tetap tersenyum dan bersikap seperti biasa. Kami bercanda dan mengobrol kemana-mana, dari masalah sekolah, acara TV sampai pada gossip-gosip rendahan di sekolah. Memang, topic yang kami bahas sangat tidak bermutu, tapi entah mengapa aku merasa sangat senang, apalagi aku juga harus membuat Dinda bahagia karena besok adalah hari ulang tahunnya yang ke-17, aku bingung harus memberi kejutan seperti apa mengingat keadaan Dinda sekarang. Mungkin dia belum bisa kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Huft…Aku sedih harus menjalani hari-hariku di sekolah tanpa Dinda.
Allahuakbar, Allahuakbar…Adzan maghrib berkumandang, langit mulai ke orange-orangean, waktunya aku berpisah dengan Dinda. Aku berpamitan dengan keluarga Dinda tapi tanganku tertarik, tak kusangka Dinda menahanku dan menyuruhku sholat maghrib bersama dahulu sebelum pulang. Ini sungguh di luar kebiasaan setahuku Dinda sendiri jarang sholat dan jauh dari agama, tapi mengapa sekarang dia berbeda? Aku jadi penasaran, aku ining menanyakannya pada Dinda, tapi tak sekarang, mungkin nanti setelah sholat saja.
Kami sholat berjamaah, Ayah Dinda berdiri di depan sebagai imam, lalu ibu Dinda, aku dan adiknya di shof ke dua juga Dinda yang sholat sambil duduk di tempat tidurnya. Tiga rakaat yang sangat membuatku terhanyut itu akhirnya berakhir dengan salam. Sebelum beranjak, kami berdoa sendiri-sendiri, aku yakin mereka semua pasti berdoa untuk kesembuhan Dinda akrena akupunjuga begitu. Usai sholat, aku berencana menanyakan rasa penasaranku tadi pada Dinda, tapi tak kusangka aku kembali menemukan perubahan pada Dinda, kulihat Dinda mengaji di tempat tidurnya sambil meneteskan air mata. Aku terharu melihat Dinda yang sekarang, aku duduk disampingnya sambil menununggu sampai Dinda selesai dengan Al-Qurannya itu. Shodakallahulazim, Dinda menutup Qurannya dan menyerahkan benda suci itu padaku, aku tahu maksudnya agar aku membantunya meletakkan kembali benda itu di meja. Setelah itu, aku langsung mulai menanyakan pada Dinda tengtang perubahan-parubahan yang terjadi pada dirinya. Dengan pelan dia menjawab, “ Aku pengen tobat Fy, kehidupankan bagaikan roda ada kalanya kita di atas tapi pasti ada juga saatnya kita tergelincir, terinjak, bahkan bisa saja kita lenyap. Aku nggak mau di akhir waktuku, aku berada dalam keadaan yang gak semestinya. Aku harus bisa berubah mulai sekarang sebelum semuanya terlambat, kita kan nggak tau kapan Allah akan mencabut kesempatan kita menikmati dunia, aku takut hidup kita yang hanya sebentar ini sia-sia. Bantu aku kembali ke jalan yang benar ya!!!”. Subhanalloh, aku kagum dengan Dinda yang sekarang, dia sudah lebih bijak dan dewasa, aku juga harus bisa seperti Dinda,aku harus bisa lebih baik lagi dari yang sekarang. Hmm…Aku rasa aku harus menemani Dinda pada saat-saat sekarang ini agar kami berdua bisa saling mengingatkan dan muhasabah, semoga saja Allah masih memberikan waktu untukku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB aku harus segera kembali ke rumah sebelum ibu mengomel padaku. Sebelum pulang, aku berpamitan dengan Dinda, tapi mengapa pamitan ini rasanya sangat berbeda, seakan-akan aku tidak bisa lagi bertemu dengan Dinda, kulihat mata Dinda mulai berkaca-kaca, huh lebai… tapi memang sejak sore tadi aku merasakan suatu keanahan, perasaan yang aneh dan belum pernah kurasakan sebelumnya, mungkin ini semacam firasat akan terjadi sesuatu. Sudahlah, aku tetap harus segera pulang, aku keluar dari ruangan Dinda sambil mengucap salam, samar-samar kudengar Dinda menjawab salamku dan berpesan agar aku hati-hati di jalan, aku hanya tersenyum dan mengangguk lalu kembali menutup pintu.
Malam sudah cukup larut, angin berhembus kencang disertai tetesan air yang menambah hawa dingin dan seram, memang saat itu gerimis turun, untung saja tidak disertai kilat dan petir. Walaupun suasana agaknya tidak mendukung, aku tetap harus meneruskan perjalananku. Kulihat sekelilingku, “huh…Baru jam segini jalanan udah sepi” gumamku. Aku menaiki sepeda motorku dengan pelan, hanya kurang dari 60km/jam tidak seperti biasanya yang berkisar antara 60km/jam s/d 80km/jam. Aku memang agak ugal-ugalan kalau berkandaraan, tapi anehnya aku sendiri suka menasehati teman-temanku yang berbuat begitu, aku tak suka melihat mereka begitu karena aku mengkhawatirkan mereka.
Perjalanan panjang dari RSU sampai ke rumahku yang berada di Kecamatan Geneng itu kulewati tanpa konsentrasi. Banyak hal yang kupikirkan sejak tadi, sepertinya aku memang mudah larut dalam lamunanku kapanpun dan dimanapun. Tiba-tiba kudengar suara bersahut-sahutan memecah hening malam. Astaghfirulloh, suara klakson dari berbagai arah tertuju padaku, aku baru saja melakukan kesalahan terbesar, semua sudah tak bisa dikendalikan, posisiku sangat tak mungkin diselamatkan, tubuhku gemetaran dan keringatku bercucuran, aku hanya bisa berdoa kepada Allah tuk mohon keajaiban sambil menutup mataku… Ya Allah, mengapa semua ini terjadi begitu cepat, aku baru saja berniat tuk berubah menjadi lebih baik, tapi mengapa Engkau tak memberi waktu bagiku tuk membuktikannya??? Sudahlah, kalau memang begini takdirku yang telah Engkau berikan, tak ada lagi yang bisa kulakukan dan tak boleh ada penyesalan. Aku teringat kata-kata Dinda tadi sore, memang benar kita tidak tahu kapan ajal menjemput… Ashhadualailahaillallah wa ash haduannamuhammadanrosululloh
Hujan yang sempat turun deras tadi kini menghilang bersamaku dari dunia ini, mungkin sebenarnya sekarang ini langit berubah cerah dan ada pelangi, tapi smua itu tak tampak karena malam hari. Inilah akhir dari kisahku, sepenggal kisah hidup yang memberi arti sangat besar… Ops, tak kusangka aku akan memberikan kejutan pahit seperti ini di sweet seventeen Dinda..
“ Dinda, maafkan aku ya!!! aku sangat senang karena aku bisa mengenalmu selama ini.Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti…tetaplah semangat ya! perjuanganmu masih panjang(insyaAllah) ^_^”
***
Memang beginilah kehidupan, kita tidak bisa menebak rencana Sang MahaKuasa, untuk itu berusahalah untuk sebisa mungkin tak melakukan kesalahan walaupun memang tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata.


*DinKyu^*

0 comments: